Rupiah Ngegas! Mata Uang Negara Tetangga Dibuat Rontok

Keperkasaan rupiah berlanjut pada perdagangan Rabu (22/12), tidak hanya melawan dolar Amerika Serikat (AS), melawan mata uang dolar negara tetangga juga dibuat rontok.

Melansir data Refintiv, pada pukul 13.00 WIB, rupiah menguat 0,3% melawan dolar AS ke Rp 14.270/US$. Pagi tadi, the greenback bahkan dibuat merosot hingga 0,58%.

Di saat yang sama siang ini, rupiah menguat 0,4% melawan dolar Singapura ke Rp 10.448,69/SG$. Penguatan lebih tajam lagi tercatat melawan dolar Australia sebesar 0,7% ke 10.168/AU$.

Penguatan bursa saham global sejak kemarin menjadi indikasi sentimen pelaku pasar mulai membaik yang menguntungkan bagi rupiah. Sebagai mata uang emerging market, rupiah akan menarik ketika sentimen pelaku pasar membaik, begitu juga sebaliknya.

Investor di seluruh dunia, baik di Amerika Serikat (AS), Eropa, maupun di Asia Pasifik sendiri kemarin cenderung bersepakat bahwa varian terbaru Covid-19 berjulukan Omicron tersebut tidak akan membanting perekonomian dunia.

Betul bahwa beberapa negara melakukan pengetatan kegiatan ekonomi dan pembatasan sosial (lockdown). Namun, dampaknya diprediksi bakal lebih terukur dan bersifat jangka pendek setelah karakteristik Omicron yang lebih "bersahabat" akhirnya terbukti secara klinis.

Artinya, jika nanti Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) mengonfirmasi hipotesis bahwa Omicron memang tak memicu komplikasi, maka dalam hitungan hari dan bahkan jam pemerintah dari berbagai negara akan mencabut kembali lockdown.

Selain itu kabar baik juga datang dari perusahaan farmasi, Moderna, yang mengumumkan bahwa dosis penguat vaksinnya (booster) memberikan proteksi yang tinggi dari varian Omicron.

Dalam rilis resmi hasil laboratorium, Moderna menunjukkan bahwa dosis booster sebesar setengah dosis atau 50 mikrogram meningkatkan antibodi penetral terhadap Omicron sekitar 37 kali lipat. Bila booster diberikan secara penuh atau 100 mikrogram, antibodi penetral bisa naik hingga 83 kali lipat.

Meski begitu, efek samping yang lebih berat bisa menjadi persoalan baru. Lebih lanjut, CEO perusahaan Stéphane Bancel menyebut perusahaannya berencana untuk menguji suntikan booster yang disesuaikan dengan varian Omicron pada awal 2022 mendatang, untuk menelaah lebih lanjut.[cnbcindonesia.com]

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan bawah postingan