Simak! Begini Status Terkini Gunung Semeru-Merapi
Jumat, 21 Januari 2022
Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat, sepanjang 2021 telah terjadi erupsi di 11 gunung api.
Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM Eko Budi Lelono menjelaskan, di atara 11 erupsi gunung api tersebut terdapat 3 gunung api yang disertai awan panas, yakni Sinabung, Semeru, dan Merapi.
Sementara itu, terdapat 7 gunung api yang mengalami erupsi disertai guguran lava. Di antaranya Sinabung, Merapi, Semeru, Soputan, Karangetang, Rokatenda, dan Ibu.
"Hingga 2021, terdapat 47 gunung api berstatus Level I (Normal), serta terdapat 18 gunung api berstatus Level II (Waspada), dan empat gunung api berstatus Level III (Siaga), dan tidak ada gunung api yang berstatus Level IV (Awas)," jelas Eko dalam konferensi pers, Jumat (21/1/2022).
Eko merinci, untuk 18 gunung api dengan status waspada di antaranya yakni Gunung Anak Krakatau di Kabupaten Lampung Selatan, Gunung Awu di Sulawesi Utara, Gunung Banda Api di Maluku, Gunung Gamkonara di Maluku Utara, Gunung Ibu di Maluku Utara, Gunung Ile Werung di Nusa Tenggara Timur (NTT), dan Gunung Karangetang di Sulawesi Utara.
Gunung lainnya yang berstatus waspada yakni Gunung Bromo di Jawa Timur, Gunung Dukono di Maluku Utara, Gunung Gawalama di Maluku Utara, Gunung Kerinci di Sumatra Barat, Gunung Lokon di Sulawesi Utara, Gunung Marapi di Sumatra Barat, Gunung Rinjani di Nusa Tenggara Barat (NTB), Gunung Sangeangapi di NTB, Gunung Sirung di Nusa Tenggara Timur (NTT), Gunung Soputan di Sulawesi Utara, dan Gunung Dempo di perbatasan Provinsi Sumatera Selatan dan Provinsi Bengkulu.
Serta empat gunung yang berstatus siaga di antaranya Gunung Sinabung di Sumatera Utara, Gunung Merapi di Jawa Tengah, Gunung Semeru di Jawa Timur, dan Ili Lewotolok di NTT.
Status Gunung Semeru dan Merapi
Badan Geologi Kementerian ESDM merekomendasikan agar di wilayah di Gunung Semeru di Jawa Timur dan Gunung Merapi di Jawa Tengah untuk tidak melakukan banyak aktivitas di kawasan tersebut.
Eko merinci, agar di Gunung Semeru tidak melakukan aktivitas apapun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan, sejauh 13 km dari puncak atau pusat erupsi.
Badan Geologi Kementerian ESDM juga merekomendasikan agar masyarakat tidak melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai (sepmadan sungai) di sepanjang Besuk Kobokan, karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 17 km dari puncak.
"Tidak beraktivitas dalam radius 5 km dari kawah atau puncak Gunung Api Semeru karena rawan terhadap bahaya lontaran batu pijar," jelas Eko.
Selain itu, Badan Geologi Kementerian ESDM juga mewaspadai potensi awan panas guguran, guguran lava dan lahar di sepanjang aliran sungai/lembah yang berhulu di puncak Gunung Api Semeru.
"Terutama sepanjang Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat serta potensi lahar pada sungai-sungai kecil dan merupakan anak sungai dari Besuk Kobokan," tutur Eko.
Sementara untuk Gunung Merapi di Jawa Tengah, Badan Geologi Kementerian ESDM mencatat erupsi pada 2021 dimulai sejak 4 Januari 2021 dan masih berlangsung hingga saat ini.
Guguran rata-rata 140 kali per hari, dengan jarak luncur maksimal 2 km, awan panas tiga kali per minggu dengan jarak luncur maksimal 3,2 km ke barat daya atau dominan Bebeng.
"Volume kubah lava di tengah kawa sebesar 3 juta meter kubik, laju 4.000 per meter kubik. Dan di volume kubah Barat Daya sebesar 1,67 juta meter kubik dan laju 1.000 meter kubik per hari," jelas Eko.
"Data sesimik, deformasi, dan geofisika menunjukan suplai magma masih berlangsung," kata Eko melanjutkan.
Adapun potensi bahaya saat ini di Gunung Merapi, kata Eko berupa guguran lava dan awan pnas pada sektor Selatan - Barat Daya meliputi Sungai Boyong sejauh maksimal 5 km. Serta Sungai Bedog, Bebebng, Krasak sejauh maksimal 7 km.
Kemudian, pada kawasan Tenggara meliputi Sungai Woro sejauh maksimal 3 km dan Sungai Gendol 5 km.
"Lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius 3 km dari puncak," jelas Eko.[cnbcindonesia.com]