Terima Kasih Pak Luhut, Rupiah Menguat Lagi!

Nilai tukar rupiah kembali menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) di awal perdagangan Selasa (15/2/2022). Kabar baik berdatangan dari dalam negeri, tetapi kondisi eksternal masih memberikan tekanan yang besar.

Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan hari ini di Rp 14.325/US$ menguat 0,17%. Kemarin rupiah juga mampu menguat dan menjadi 3 besar terbaik di Asia setelah data menunjukkan penjualan ritel melesat.

Bank Indonesia (BI) kemarin melaporkan penjualan ritel bulan Desember lalu melesat 13,8% year-on-year (yoy), lebih tinggi ketimbang bulan sebelumnya 10,8% (yoy). Selain itu di bulan Januari, penjualan ritel juga diprediksi masih akan terakselerasi menjadi 16% (yoy).

Konsumsi rumah tangga merupakan kontributor terbesar pertumbuhan ekonomi Indonesia berdasarkan pengeluaran. Sehingga ketika penjualan ritel melesat akan berdampak bagus bagi perekonomian.

Kabar baik lainnya, kemarin setelah perdagangan dalam negeri ditutup, pemerintah melonggarkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 3.

"[Aturan WFO] sebelumnya 25% jadi 50% atau lebih. Selain itu, aktivitas seni budaya dan tempat wisata dinaikkan jadi 50%," kata Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan.

Selain itu, Luhut menegaskan bahwa hingga saat ini pemerintah belum melihat ada kemungkinan untuk kembali memperketat kebijakan pengetatan.

"Kita enggak melihat ada pengetatan-pengetatan lagi. Kita melakukan pelonggaran, tapi dengan monitor ketat," kata Luhut dalam konferensi pers usai rapat terbatas, Senin (14/2/2022).

Hal ini tentunya bisa memberikan sentimen positif ke rupiah, tetapi para pelaku pasar juga masih melihat perkembangan situasi di Eropa Timur.

Tanda-tanda akan adanya invasi Rusia ke Ukraina Rabu besok semakin menguat. Volodymyr Zelenskiy, Presiden Ukraina, menyatakan ada kemungkinan invasi Rusia terjadi pada 16 Februari atau Rabu ini.

"Kami mendesak para pejabat pemerintah, politisi, dan dunia usaha yang telah meninggalkan Ukraina untuk kembali dalam 24 jam. Kami sudah diberi tahu bahwa 16 Februari akan menjadi hari serangan Rusia. Kita akan membuat hari itu sebagai hari persatuan," terang Zelenskiy, seperti dikutip dari Reuters.

Meski demikian Sergei Lavrov, Menteri Luar Negeri Rusia, merekomendasikan kepada Presiden Vladimir Putin untuk menempuh jalan diplomasi. Menurut Lavrov, AS sudah memberikan proposal yang konkret untuk mengurangi risiko konfrontasi bersenjata.

"Peluang itu ada. Saat ini, saya merekomendasikan memperbanyak peluang tersebut," kata Lavrov, seperti diwartakan Reuters.

Dalam kondisi geopolitik yang penuh ketidakpastian tersebut, dolar AS yang menyandang status safe haven akan lebih diuntungkan.

Apalagi, Presiden The Fed St. Louis, James Bullard sekali lagi menegaskan perlunya kenaikan suku bunga yang lebih cepat setelah inflasi melesat dalam 4 bulan terakhir. Indeks dolar AS pun kembali naik 0,22% kemarin yang memberikan tekanan ke rupiah.

"Jelas kita masih merasakan efek dari data inflasi pekan lalu dan pernyataan Bullard. Para trader sudah memposisikan diri menghadapi periode pengetatan moneter. Namun, masih terpaku dengan perkembangan di Ukraina, peningkatan tensi tersebut membuat investor menghindari aset berisiko," kata Karl Schamotta, kepala strategi pasar di Cambridge Global Payments di Toronto, sebagaimana diwartakan CNBC International.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan bawah postingan