Luhut Bicara 2 Syarat Mutlak RI Bisa Jadi Negara Maju

Indonesia diperkirakan keluar dari jebakan negara pendapatan menengah atau middle income trap pada 2036. Setelah jebakan itu terlewat, RI bisa jadi negara maju.

Namun menurut Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Bisar Panjaitan untuk keluar dari jebakan itu ada dua syarat mutlak yang harus dilakukan yakni hilirisasi dan efisiensi.

"Pada 2036, Indonesia diperkirakan akan keluar dari status middle income trap dengan pertumbuhan rata-rata 5,7% pada 2025 ini. Namun itu sebenarnya kita belum maksimalkan hilirisasi dan efisiensi," tuturnya dalam acara Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Pengurus Pusat Ikatan Alumni Institut Teknologi Sepuluh November (PP IKA ITS) 2022, Sabtu (26/3/2022).

Luhut berharap kepada alumni ITS yang mengabdi di berbagai sektor untuk selalu memberikan sumbangsih terbaiknya. Luhut mengatakan, hilirisasi dan efisiensi penting sebagai penentu apakah Indonesia ingin keluar dari status middle income trap dan menjadi negara maju pada 2045.

"Nah ini saya kira teman-teman alumni ITS perlu tahu juga karena Anda bekerja di berbagai macam sektor. Kita mau bawa ke mana sih Indonesia ini, gitu. Jadi kalau kita mau keluar dari middle income trap dan masuk jadi negara maju pada 2045, kita harus melihat dua hal itu, yakni hilirisasi dan efisiensi," beber Luhut.

Luhut mengungkapkan, jika melihat kondisi pasca pandemi, Indonesia tengah dihadapkan pada berbagai tantangan perubahan dunia. Namun menurutnya, hal ini sekaligus menjadi sebuah keuntungan agar Indonesia tidak taken for granted atas segala yang ada.

"Menurut hemat saya, ini juga 'untung' bahwa pandemi ini ada. Sehingga akal-akal kita yang selama ini taken for granted, sekarang telah terjadi perubahan sistem kesehatan, akselerasi otomasi dan digitalisasi, peningkatan peran dari AI, big data, perubahan global value chain, termasuk green recovery dalam menghadapi tantangan perubahan iklim, dimana Indonesia juga menjadi champion di sana," ujar Luhut.

Luhut juga menyarankan agar ITS mengembangkan mata kuliah di bidang AI dan IT. Indonesia, lanjut Luhut, dihadapkan pada berbagai tantangan pasca pandemi dalam rangka mencapai visi menjadi negara maju pada 2045.

"Tapi yang terpenting, kita harus kompak, kita juga harus bersatu. Berbeda-beda pemikiran boleh saja. Kita satu nusa, satu bangsa, satu negara. Saya percaya ITS akan memberikan kontribusi yang luar biasa kepada negeri kita tercinta ini," ujarnya.

Ketua Umum PP IKA ITS, Ir Sutopo Kristanto MM dalam menyampaikan acara ini sangat penting sebagai momen untuk memantapkan kolaborasi ke depannya agar bisa pulih dari hantaman pandemi covid-19. Menurutnya, mustahil Indonesia dapat menang dari pandemi covid-19 tanpa kolaborasi dan kerjasama.

"Kegiatan ini menunjukkan bahwa tujuan bersama akan sulit dicapai jika kita berjalan sendiri-sendiri. Kerjasama atau kolaborasi sangat dirasakan dan penting dijalankan. Tanpa hal tersebut, pandemi tak akan kunjung berakhir," kata Sutopo.

Untuk itu, Sutopo menambahkan, pihaknya menghaturkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada pemerintah yang telah bekerja maksimal menekan laju kasus COVID-19. Bahkan kini, Indonesia memasuki status endemi di masyarakat.

Lebih lanjut, Sutopo juga melaporkan bahwa IKA ITS telah meluncurkan struktur pemrakarsaan bisnis guna menunjang langkah hilirisasi inovasi tersebut.

"Saat ini kami, mematangkan langkah untuk mengkonkretkan dua entitas bisnis. Pertama adalah formula pembenah tanah atau R-5 yang sekarang sedang diujicoba di Karawang. Kedua adalah OceanFarmITS yang kita kembangkan sebagai bagian dari hilirasi di sektor perikanan," paparnya.

Inovasi ini, kata Sutopo, diharapkan dapat mengatasi permasalahan ketersediaan pangan nasional. Sebab jika padi biasanya hanya panen 2 kali, maka dengan menggunakan R-5, padi ditanam sekali dan panen empat kali dalam setahun.

"Adapun Ocean Farm ITS adalah bangunan budidaya ikan (akuakultur) yang dipasang di laut lepas dan dimanfaatkan untuk mengembangkan ikan, khususnya tuna. Dengan metode ini, ikan dapat tumbuh alami di habitatnya dan dipanen sepanjang tahun," tutupnya.

Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam kesempatan itu menyampaikan bahwa proyeksi ekonomi global masih menujukan tren pemulihan dan penanganan kasus COVID-19 dengan menujukan hasil yang baik.

Kendati demikian, papar Airlangga, masih terjadi kenaikan inflasi global yang memicu sejumlah negara untuk melakukan normalisasi kebijakan moneter serta ketegangan geopolitik yang terjadi di Eropa antara Rusia dan Ukraina.

"Di tengah ketidakpastian tersebut, kita patut syukuri bahwa di tahun 2021, Indonesia mampu tumbuh sebar 3,7 persen secara year on year (YoY) dan kita lihat bahwa sektor industri masih menjadi penopang dengan kontribusi PDB 18% dan pertumbuhan sekitar 4,90 persen di kuartal ke-4 2021," katanya.

Pertumbuhan ini, jelas Airlangga, relatif lebih baik dibandingkan negara-negara tetangga seperti Vietnam yang tumbuh 2,6% ataupun negara di Eropa seperti Jerman yang hanya 2,8%. [detik.com]

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan bawah postingan