Panglima TNI Telusuri 6 Orang Diduga Intel Asing: Saya Akan Hati-hati

Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa mengaku belum mendapat laporan resmi soal penangkapan enam orang diduga agen intelijen asing di Nunukan, Kalimantan Utara (Kaltara). Karenanya, Panglima TNI akan hati-hati dalam bertindak.

"Saya sendiri belum dapat laporan resmi tapi saya akan hati-hati," kata Panglima TNI Jenderal Andika di Plaza Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Minggu (24/7/2022).

Panglima TNI menyebut dugaan mata-mata intelijen asing itu bukan disampaikan olehnya. Panglima TNI ingin mengetahui secara detail terkait penangkapan 6 orang diduga agen intelijen asing.

"Karena tadi, mata-mata itu juga saya juga harus tahu persis. Yang bilang itu kan bukan saya. Saya harus hati-hati dulu, ini siapa, siapa yang ditangkap, kenapa, saya harus tahu dulu," kata Andika.

Panglima TNI menegaskan dirinya belum mendapat laporan resmi terkait penangkapan 6 orang diduga agen intelijen asing. Andika berjanji bakal menelusurinya.

"Dan sampai saat ini saya belum dapat laporan resmi tapi saya janji. Saya janji saya akan telusuri supaya proporsional penanganannya," ujar Andika.

Aparat TNI AL menangkap enam orang diduga agen intelijen asing di Nunukan Kaltara. Keenam orang tersebut terdiri atas tiga orang warga negara Indonesia dan tiga orang warga negara asing (WNA).

Ketiga WNI yang ditangkap tersebut bernama Elwin (23), Thomas Randi Rau (40), dan Yosafat bin Yusuf (40). Sedangkan tiga WNA bernama Leo bin Simon (40), Ho Jin Kiat (40), dan Bai Jidong (45).

Yosafat bin Yusuf memiliki dokumen identitas ganda, yaitu dari Indonesia dan Malaysia. Dia memiliki paspor RI yang dikeluarkan dari Kantor Imigrasi Non-TPI Palopo dan KTP Provinsi Kalimantan Utara yang diterbitkan di Tarakan.

Kepala Kantor Imigrasi Nunukan, Washington Saut Dompak, dalam keterangannya, Sabtu (23/7/2022), mengatakan Yosafat juga memiliki Kad Pengenal Malaysia yang beralamat di Sabah. Pihak Imigrasi masih menunggu konfirmasi keaslian dokumen dari Konsulat Jenderal Malaysia yang ada di Kota Pontianak.

Keenam orang tersebut dikatakan sempat menginap di hotel di Nunukan sebelum menuju Kecamatan Sebatik untuk melihat lokasi terdekat dibangunnya jembatan penghubung antara Tawau dan Sebatik, Malaysia.

Satgas Marinir lalu mendekati rombongan tersebut karena lokasi mereka termasuk kawasan objek vital yang berada di lingkungan Angkatan Laut. Aparat TNI AL lalu memeriksa identitas dan maksud kedatangan mereka ke lokasi tersebut.

Kemudian aparat TNI AL menyerahkan mereka kepada petugas kantor Imigrasi Kelas II TPI Nunukan untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.

"Dari hasil pemeriksaan tersebut, mereka tidak mengetahui bahwa salah satu lokasi tempat mereka berfoto adalah salah satu objek vital, yaitu pos perbatasan dan markas Marinir yang ada di Sebatik wilayah Indonesia, Kabupaten Nunukan," jelas Washington. [detik.com]

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan bawah postingan